Postingan

Hakekat Manusia Menurut John Locke

Gambar
JOHN LOCKE John Locke dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset. Keluarganya berasal dari kelas menengah dan ayahnya memiliki beberapa rumah dan tanah di sekitar Pensford, sebuah kota kecil di bagian selatan Bristol.Selain bekerja sebagai pemilik tanah, ayah Locke bekerja juga sebagai pengacara dan melakukan tugas-tugas administratif di pemerintahan lokal. Pada tahun 1647, Locke belajar di Sekolah Westminster, yang pada waktu itu merupakan sekolah terkenal di Inggris. Pendidikan di sana berpusat pada pelajaran bahasa-bahasa kuno, yaitu pertama-tama bahasa Latin, kemudian bahasa Yunani, dan juga bahasa Ibrani.Setelah itu, pada tahun 1652, Locke mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan di Sekolah Gereja Kristus (Christ Church), Oxford, dan tinggal di sana sejak bulan Mei 1652. Di sekolah itu, Locke kurang menyukai metode skolastik dalam berdebat dan juga tema-tema metafisika dan logika. Karena itu, Locke tidak mendapatkan nilai yang mengesankan ketika ia

Jean Paul Sartre

Jean Paul Sartre  tokoh eksistensialisme yang besar di abad ke 20 ini lahir di Paris, Prancis, pada tanggal 21 Juni 1905 M. Sartre besar di lingkungan keluarga yang sedang-sedang saja – tidak miskin, tidak juga kaya. Ayahnya, Jean Baptiste penganut agama Katolik.Sedang ibunya, Anne Marie Schweitzer beragama Protestan.Di usianya yang masih balita, dia harus menjadi yatim, karena ditinggal mati oleh ayahnya yang sedang menunaikan tugas negara sebagai seorang perwira angkatan laut di Indocina. Faktual, sejak saat itu, ia dibimbing dan diasuh ibunya dengan penuh kasih sayang “poulou” panggilan kesayangannya. Kakeknya, Charles Schweitzer - seorang guru bahasa dan sastra Jerman - tidak kalah menyayangi Sartre sebagaimana sebutan sayangnya dengan julukan “anak emas” atau “anak ajaib”. Semenjak kecil fisik Sartre memang lemah, di usia 4 tahun dia mengidap penyakit  strabismus  ‘mata juling’, itulah sebabnya ia selalu menjadi bahan olok-olok teman sekelasnya. Dari sana ia memiliki sensit

Hakekat Manusia menurut Auguste Comte

Gambar
Auguste Comte Auguste Comte merupakan filosof dan warga negara Perancis yang hidup di abad ke-19 setelah revolusi Perancis yang terkenal itu. Ia lahir di Montpellier, Perancis, pada tanggal 19 Januari 1798. Ia belajar di sekolah Politeknik di Paris, tetapi ia dikeluarkan karena ia seorang pendukung Republik, sedangkan sekolahnya justru royalistis. Auguste Comte menerima dan mengalami secara langsung akibat-akibat negatif revolusi tersebut khususnya dibidang sosial, ekonomi, politik, dan pendidikan. Pengalaman pahit yang dilalui dan dialaminya secara langsung bersama bangsanya itu, memotivaisi dirinya untuk memberikan alternatif dan solusi ilmiah-filosofis dengan mengembangkan epistemologi dan metodologi sebagaimana buah pikirannya itu tercermin di dalam aliran Positivisme. Aliran ini menjadi berkembang dengan subur karena didukung   oleh para elit-ilmiah dan maraknya era industrialisasi saat itu Comte bukanlah orang yang menyukai hal-hal yang berbau matematika, tetap

Kehendak Berkuasa Menurut Friedrich Nietzsche

Gambar
 Friedrich Nietzsche Konsep kehendak untuk berkuasa ( the will to power ) adalah salah satu konsep yang paling banyak menarik perhatian dari pemikiran Nietzsche. Dengan konsep ini ia bisa dikategorikan sebagai seorang pemikir naturalistik ( naturalistic thinker ), yakni yang melihat manusia tidak lebih dari sekedar insting-insting alamiahnya ( natural instincts ) yang mirip dengan hewan, maupun mahluk hidup lainnya. Nietzsche dengan jelas menyatakan penolakannya pada berbagai konsep filsafat tradisional, seperti kehendak bebas ( free will ), substansi ( substance) , kesatuan, jiwa, dan sebagainya. Ia mengajak kita memandang diri kita sendiri sebagai manusia dengan cara-cara baru. Sebagaimana dicatat oleh Porter, ada tiga konsep dasar yang mewarnai seluruh pemikiran Nietzsche, yakni penerimaan total pada kontradiksi hidup (1), proses transendensi insting-insting alamiah manusia (2), dan cara memandang realitas yang menyeluruh ( wholism ) (3). Pemikiran tentang kehendak untuk